BAB I
PENDAHULUAN
1.
LATAR BELAKANG
Bicara pengetahuan maka kita akan bicara tentang
penalaran, kemampuan penalaran manusia menyebabkan manusia mampu
mengembangkan pengetahuan yang merupakan rahasia kekuasaan-kekuasaannya.
Manusia satu-satunya mahluk yang mengembangkan pengetahuan secara
sungguh-sungguh, Binatang hanya terbatas mempunyai pengetahuan untuk
kelangsungan hidupnya saja (survival) Hakikat penalaran merupakan suatu proses
berfikir dalam menarik kesimpulan yang berupa pengetahuan. Penalaran menghasilkan
pengetahuan yang dikaitkan dengan kegiatan berfikir dan bukan karena perasaan,
meskipun kata pascal, hatipun mempunyai logika sendiri. Sebagai
sebuah kegiatan berfikir maka penalaran mempunyai ciri-ciri, pertama logika ,
adalah suatu pola berfikir yang secara luas.
Dengan pola yang bersifat Jamak (plural) dan bukan
tunggal (singular). Kedua ciri penalaran adalah bersifat analitik proses
berfikir ( berfikir yang menyandarkan kepada suatu analisis dan kerangka
berfikir yang digunakan untuk analisis).Ilmu pengetahuan berkembang seiring
dengan perkembangan kebudayaan manusia yang berlangsung secara
bertahap,evolutif. Oleh karena untuk memahami strategi pengembangan ilmu,maka
kita perlu mengetahui secara global sejarah perkembangan ilmu. Karena melalui sejarah
perkembangan ilmu,kita dapat memahami makna kehadiran ilmu bagi umat manusia.
Perkembangan ilmu pengetahuan semakin lama semakin maju
dengan munculnya ilmu-ilmu baru yang pada akhirnya memunculkan pula sub-sub
ilmu pengetahuan baru bahkan ke arah ilmu pengetahuan yang lebih khusus lagi
seperti spesialisasi-spesialisasi. Oleh karena itu tepatlah apa yang
dikemukakan oleh Van Peursen (1985), bahwa ilmu pengetahuan dapat dilihat
sebagai suatu sistem yang jalin-menjalin dan taat asas (konsisten) dari ungkapan-ungkapan
yang sifat benar-tidaknya dapat ditentukan. Implikasi yang timbul menurut
Koento Wibisono (1984), adalah bahwa ilmu yang satu sangat erat hubungannya
dengan cabang ilmu yang lain serta semakin kaburnya garis batas antara ilmu
dasar-murni atau teoritis dengan ilmu terapan atau praktis. Untuk mengatasi gap
antara ilmu yang satu dengan ilmu yang lainnya, dibutuhkan suatu bidang ilmu
yang dapat menjembatani serta mewadahi perbedaan yang muncul. Oleh karena itu, maka bidang
filsafatlah yang mampu mengatasi hal tersebut. Hal ini senada dengan pendapat
Immanuel kant (dalam Kunto Wibisono dkk., 1997) yang menyatakan bahwa filsafat
merupakan disiplin ilmu yang mampu menunjukkan batas-batas dan ruang lingkup
pengetahuan manusia secara tepat. Filsafat ilmu sebagai cabang filsafat
menempatkan objek sasarannya Ilmu (Pengetahuan). Bidang garapan filsafat ilmu
terutama diarahkan pada komponen-komponen yang menjadi tiang penyangga bagi
eksistensi ilmu yaitu ontologi, epistemologi dan aksiologi. Interaksi antara
ilmu dan filsafat mengandung arti bahwa filsafat dewasa ini tidak dapat
berkembang dengan baik jika terpisah dari ilmu. Ilmu tidak dapat tumbuh dengan
baik tanpa kritik dari filsafat.
2.
RUMUSAN MASALAH
1. Apa yang dimaksud dengan konsep Pengetahuan dan
Ilmu ?
2. Apa yang dimaksud dengan Ilmu Pengetahuan oleh
beberapa ahli ?
3. Apa Fungsi dari Ilmu pengetahuan ?
4. apa kriteria kriteria dari ilmu pengetahuan ?
5. apa yang termasuk konstruksi dari Ilmu
pengetahuan ?
6. Apa unsur-unsur pembentuk Ilmu Pengetahuan ?
7. Bgaimana sikap yang harus dimiliki seorang
Ilmuan ?
3. METODE PENULISAN
Metode penulisan yang digunakan dalam
menyusun makalah ini adalah metode deskriptif dengan teknik studi
kepustakaan atau literatur yang dilakukan dengan mengumpulkan data dari buku referensi,
penunjang, dan media lainnya yang beredar seputar tema yang dibahas, dan juga
mengambil sumber penunjang dari internet.
4. TUJUAN DAN MANFAAT
1. Untuk mengetahui konsep Pengetahuan dan Ilmu
2. Untuk mengetahui pengertian Ilmu Pengetahuan
oleh beberapa ahli
3.
Untuk mengetahui Fungsi
dari Ilmu pengetahuan
4.
Untuk mengetahui kriteria
kriteria dari ilmu pengetahuan
5.
Untuk mengetahui
konstruksi dari Ilmu pengetahuan
6.
Untuk mengetahui
unsur-unsur pembentuk Ilmu Pengetahuan
7.
Untuk mengetahui
sikap yang harus dimiliki seorang Ilmuan
BAB II
PEMBAHASAN
1.
Konsep
Pengetahuan dan Ilmu
Pada hakekatnya pengetahuan
atau knowledge merupakan segenap apa yang kita ketahui tentang
sesuatu obyek tertentu termasuk ke dalamnya adalah ilmu, sehingga
ilmu dikatakan merupakan bagian yang di ketahui oleh manusia.Pengetahuan adalah
hasil dari tahu dan terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap objek
tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia yaitu indera
penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba.Sebagian besar pengetahuan
manusia diperoleh melalui mata dan telinga (Notoatmodjo, 2003).Pengetahuan juga
merupakan khasanah kekayaan mental yang secara langsung atau tidak turut
memperkaya kehidupan kita. Kriteria nagi suasana mengetahui bagi segala yang
kita tangkap dalam jiwa baik mengenai benda, seperti buku, kursi, gelas,
mengenai peristiwa yang menyertai benda seperti melayang, mendidih, pasang,
meledak, maupun mengenai sifat dan keadaan benda seperti wangi,mahal, panas,
gelap, dan sebagainya.
Kita harus berhati-hati dalam menggunakan kata
“Pengetahuan” dan “ilmu”. Pengetahuan (knowledge) sudah puas dengan menangkap
tanpa ragu tentang kenyataan suatu hal, sedangkan ilmu (science) menghendaki
penjelasan lebih lanjut dari sekedar apa yang dituntut oleh pengetahuan.
Contoh perbedaan antara pengetahuan dan ilmu,
misalnya si Rahmat mengetahui bahwa gabus selalu terapung di air. Yang demikian
adalah pengetahuan. Manakala kemudian Rahmat mengetahui bahwa gabus
selalu terapung di air karena berat jenis gabus lebih kecil dari pada berat
jenis air dan ini mengakibatkan gabus itu selalu terapung, maka hal tersebut
merupakan “ilmu”. contoh lain sperti seorang nelayan tahu betul saat-saat
laut pasang dan surut sehingga ia dapat mengambil manfaat dari kehidupannya,
tetapi ia tidak pernah mencari tahu tentang sebab terjadinya hal tersebut,
yakni day tarik bulanyang mengakibatkan air laut di sebagian belahan bumi ini
pasang. Maka selama itu pula ia hanya merupakan pengetahuan baginya.
Peter Drucker, bagawan manajemen tingkat dunia,
khususnya dalam buku Post Capitalist Society (1994) dan Managing
in a Time of Great Change (1997) membedakan perubahan pengetahuan manusia
dalam empat fase yaitu :
a) Pertama,
sampai revolusi industri, pengetahuan diterapkan kepada
“ada”, being.Artinya, pengetahuan lebih bersifat “kontemplatif”, yaitu
mencari kebenaran demi kebenaran itu sendiri, bukan untuk tujuan-tujuan yang
didasarkan pada kemanfaatan.Pengetahuan tidak mengandung arti “kemampuan
melakukan sesuatu”.Kemanfaatan atau kegunaan bukanlah pengetahuan, tetapi
ketrampilan yang dalam bahasa Yunani disebut sebagai “techne”.Manusia menjadi
sempurna dengan memiliki pengetahuan, yang merupakan perwujudan daari
kebenaran.
b) Kedua,
baru pada saat revolusi industri, pengetahuan menjadi sumber perbuatan
(doing).Pengetahuan ditujukan untuk hal yang bermanfaat, yaitu menjadi sumber
penciptaan alat-alat atau teknologi sebagaimana diawali oleh James Watt (1736 –
1819).“Techne”, ketrampilan dikombinasikan dengan “logos”, yaitu pengetahuan
yang terorganisasi, sistematik dan memiliki tujuan, sehingga menjadi
“teknologi”. Pada fase ini, khususnya pertengahan abad ke 18, di Eropa muncul
berbagai lembaga yang mengajarkan “ketrampilan”, antara lain Ecole
Polytechnique.
c) Pada fase
berikutnya yang ketiga, pengetahuan tidak hanya dikaitkan dengan tindakan,
tetapi dikaitkan dengan kajian tentang pekerjaan, analisis pekerjaan, dan
rekayasa pekerjaan atau untuk memperbaiki pekerjaan.Ini dirintis oleh Frederick
Winslow Taylor (1856 – 1915) dengan karyanya Scientific
Management (1911).Dengan ini produktivitas menjadi meningkat.Dan mulai
saat itu “pelatihan” menjadi penting.Frederick Winslow Taylor ini juga disebut
sebagai Bapaknya ilmu Teknik Industri (Industrial Engineering).
d) Pada fase
berikutnya yang ketiga, pengetahuan tidak hanya dikaitkan dengan tindakan,
tetapi dikaitkan dengan kajian tentang pekerjaan, analisis pekerjaan, dan
rekayasa pekerjaan atau untuk memperbaiki pekerjaan.Ini dirintis oleh Frederick
Winslow Taylor (1856 – 1915) dengan karyanya Scientific
Management (1911).Dengan ini produktivitas menjadi meningkat.Dan mulai
saat itu “pelatihan” menjadi penting.Frederick Winslow Taylor ini juga disebut
sebagai Bapaknya ilmu Teknik Industri (Industrial Engineering).
2. Jenis Jenis Pengetahuan
a) Pengetahuan Non Ilmiah
Pengetahuan non ilmiah atau pseudo
science diperoleh dengan mengandalkan dugaan, perasaan, keyakinan dan tanpa
diikuti proses pemikiran yang cermat. Oleh karenanya, pengetahuan yang seperti
ini presentasi kebenarannya rendah. Secara umum pengetahuan non ilmiah seperti
:
·
mitos
Merupakan gabungan dari pengamatan,
pengalaman namun sebagian lainnya berupa dugaan, imajinasi, dan kepercayaan.
·
Wahyu
Merupakan komunikasi antara sang
pencipta dengan makhluknya dan merupakan substansi pengetahuan yang disampaikan
kepada utusannya. Manusia dalam menerima pengetahuan ini bersifat pasif, namun
dengan keyakinan semuanya benar.
·
Otoritas dan tradisi
Pengetahuan yang telah mapan dan ada
sering digunakan oleh pemimpin atau secara tradisi untuk menyatakan kebenaran.
·
Prasangka
Berupa dugaan yang kemungkinannya benar
atau salah. Dengan prasangka orang sering mengambil keputusan atau kesimpulan
yang keliru. Cara ini hanya berguna untuk mencari kemungkinan lain mengenai
konsep kebenaran.
·
Intiusi
Merupakan salah satu kegiatan berfikir
tertentu yang non analitik, tidak berdasarkan pada pola berfikir tertentu yang
rasional dan empiris.
·
Penemuan kebetulan
Pengetahuan yang pada awalnya ditemukan
secara kebetulan dan beberapa diantaranya sangat berguna.
·
Trial and Error (coba-coba)
Merupakan serangkaian percobaan asal
atau coba-coba saja yang tidak didasari oleh teori yang ada sebelumnya, sehinga
tidak memungkinkan diperolehnya kepastian pemecahan suatu masalah atau hal yang
diketahui.
b) Pengetahuan Ilmiah
Pencarian
pengetahuan dengan cara ilmiah dilakukan berdasarkan beberapa cara yaitu,
pemikiran rasional, pengalaman empiris (fakta) maupun berdasarkan referensi
pengalaman sebelumnya. Pengetahuan yang diperoleh dengan menggunakan cara atau
metode ilmiah (scientific method) disebut ilmu. Artinya nanti dapat disebut
ilmu apabila memenuhi kriteria yaitu rasional dan empirik
3. Pengertian Ilmu Pengetahuan Oleh
Beberapa Ahli
Pengertian ilmiah, atau ilmu pengetahuan atau ilmu
menurut beberapa para ahli mempunyai pengertian sebagai berikut :
1) Ralph
Ross dan Ernest Van Den Haag dalam bukunya “The Fabric of Society” menulis
bahwa science isi empirical, rasional, general, and cummulative and it is all
four at once. Artinya ilmu memiliki kriteria empiris, rasional, umum,
kumulatif, dan keempatnya serentak terpenuhi.
2) Mappadjanti
Amien merumuskan bahwa ilmu pengetahuan adalah sesuatu yang berawal dari
pengetahuan, bersumber dari wahyu, hati dan semesta yang memiliki paradigma,
objek pengamatan, metode dan media komunikasi membentuk sains baru dengan
tujuan untuk memahami semesta untuk memanfaatkannya dan menemukenali diri untuk
menggali potensi fitrawi guna mengenai Allah.
3) Syahruddin
Kasim menyatakan bahwa ilmu pengetahuan adalah pancaran hasil metabolisme
ragawi sebagai hidayah sang pencipta yang berasal dari proses interaksi
fenomena fitrawi melalui dimensi hati, akal, nafsu yang rasional, empirik dan
hakiki dalam menjelaskan hasanah alam semesta demi untuk menyempurnakan
tanggung jawab kekhalifaan.
4.
Fungsi
Ilmu Pengetahuan
Ilmu
pengetahuan scara umum dapat memiliki tiga fungsi yang paling utama, yaitu :
1. Menjelaskan
(explaining, discribing)
Fungsi menjelaskan mempunyai empat
bentuk yaitu :
a. Deduktif,
yaitu suatu ilmu harus dapat menjelaskan sesuatu berdasarkan premis pangkal
ilir yang telah ditetapkan sebelumnya.
b. Probabilistik,
yaitu ilmu dapat menjelaskan berdasarkan pola fikir induktif dari sejumlah
kasus yang jelas, sehingga hanya dapat memberi kepastian (tidak mutlak) yang bersifat
kemungkinan besar atau hampir pasti.
c. Fungsional,
berarti dapat menjelaskan letak suatu komponen dalam suatu sistem secara
keseluruhan.
d. Genetik,
berarti ilmu dapat menjelaskan suatu faktor berdsarkan gejala-gejala yang sudah
sering terjadi sebelumnya.
2. Meramalkan
(prediction)
Ilmu harus dapat menjelaskan faktor
sebab akibat suatu peristiwa atau kejadian, misalnya apa yang terjadi jika
harga BBM naik.
3. Mengendalikan
(controlling)
Ilmu harus dapat mengendalikan
gejala alam berdasarkan suatu teori, misalnya bagaimana mengendalikan kurs
rupiah dan harga.
5.
Kriteria
Ilmu Pengetahuan
Tidak
semua ilmu pengetahuan disebut ilmu, konsep akan merupakan suatu ilmu
pengetahuan apabila cara mendapatkannya memenuhi syarat-syarat berikut yaitu :
a. Logis,
sesuai dengan kaidah ilmu pengetahuan yang diakui kebenarannya.
b. Objektif,
sesuai dengan objek yang dikaji dan didukung oleh fakta empiris.
c. Metodik,
pengetahuan diperoleh dengan cara-cara tertentu yang teratur, dirancang,
diamati, dan terkontrol.
d. Sistematik,
berarti bahwa pengetahuan tersebut disusun dalam suatu sistem yang satu dengan
lainnya saling berkaitan dan saling menjelaskan sehingga merupakan suatu
kesatuan yang utuh.
e. Universal,
pengetahuan berlaku untuk siapa saja dan di mana saja dengan tata cara dan
variabel eksperimentasi yang sama dan hasil yang diperoleh sama juga dan
konsisten.
f. Kumulatif,
khasanah ilmu pengetahuan selalu bertambah dengan hadirnya ilmu pengetahuan
baru.
6. Tinjauan Konstruksi Ilmu
Pengetahuan
Ilmu
pengetahuan dapat melibatkan kemajuan dengan melibatkan kombinasi dari ketiga
hal yang merupakan pergeseran pemahaman dari rasional-empirik ke
rasional-eksperimental yang interpretatif, tiga hal yang dimaksud antara lain :
a. Perumusan
hipotesis atau “conjecture” secara intuitif, komprehensif, dan referensial.
b. Eksperimentasi
seperangkat peralatan dan fasilitas yang memungkinkan gejala yang akan ditinjau
(dimodelkan) dapat berlangsung.
c. Interpretasi
melalui kompilasi, seleksi dan memproses data sesuai dengan keperluan metode inferensi
yang digunakan dengan melibatkan konsep, hukum dan teori yang tersedia.
Konstriksi
atau pembentukan konsepsi ilmu pengetahuan harus mengikuti atau memiliki metode
ilmiah (scientific method) yang dijabarkan dalam tahapan sebagai berikut :
a) Perumusan
masalah
Masalah adalah topik
atau objek yang diteliti dengan batasan yang jelas serta dapat
diidentifikasi faktor-faktor yang terkait.
b) Penyusunan
hipotesis
Hipotesis merupakan
argumentasi tentang kemungkinan jawaban sementara terhadap masalah yang diterapkan.
Disusun berdasarkan pengetahuan atau teori yang ada dan harus diuji
kebenarannya dengan observasi atau ekperimentasi.
c) Pengujian
hipotesis
Merupakan usaha
pengumpulan fakta yang relevan dengan hipotesis dan kemudian diuji apakah fakta
tersebut dapat mendukung hipotesis yang diajukan.
d) Penarikan
kesimpulan
Kesimpulan diambil
berdasarkan hasil analisis data untuk melihat apakah hipotesis yang diajukan
diterima atau tidak. Hipotesis tang diterima merupakan pengetahuan yang
kebenarannya teruji secara ilmiah dan merupakan bagian dari ilmu pengetahuan.
7. Unsur Unsur Pembentuk Ilmu
Pengetahuan
Keberadaan ilmu pengetahuan terbentuk dari hukum
secara khusus dan teori yang lebih umum, baik dalam rumusan hukum maupun teori
dan melibatkan unsur konsep yang merupakan konstruksi mental dalam
menginterpretasi hasil observasi. Konsep merupakan simbol-simbol yang membantu
untuk mengorganissikan pengalaman. Hukum adalah korelasi antara dua konsep atau
lebih yang dekat kaitannya dengan hal yang teroservasi. Hukum mencerminkan
urusan sistematik suatu pengalaman dan berfungsi untuk memberikan pengalaman
baru menurut pola yang beraturan dan dapat dinyatakan dalam bentuk grafik,
persamaan atau ekspresi verbal tentang interrelasi antara konsep yang satu
dengan konsep yang lainnya. Sedangkan teori adalah kerangka konsepsi yang
terorganisasi menjadi suatu generalisasi yang dapat dijabarkan menjadi
hukum-hukum. Dibandingkan dengan hukum, teori memiliki generalisasi yang jauh
lebih luas dan komprehensif.
Konsep-konsep yang digunakan dalam teori adalah
konstruksi mental yang disusun dari hasil penangkapan (encoding) pertanda alam
dan fenomena sosial melalui metode survei atau eksperimen. Konsep-konsep ini
mempunyai ciri-ciri yang berbeda dari bahan mentahnya (data) oleh karena objek
pengamatan dapat bersifat organik dan omni-objektif, dan sudah siap untuk masuk
ke fase penjelasan tentang fenomena yang sedang ditinjau. Penjelasan tersebut
bukan sekedar daftar konsep yang berhasil dirumuskan tetapi merupakan kaitan
langsung antara dua atau lebih konsep yang memiliki tingkat keterkaitan.
Kualitas teori yang dirumuskan oleh seseorang, kemudian diuji dan dievaluasi
wilayah keberlakuannya dan kemampuan peramalannya.
Kriteria yang digunakan untuk mengevaluasi teori
diantaranya adalah kesesuainnya dengan observasi, konsistensi internal hubungan
konsep-konsepnya, dan sifat komprehensif cakupannya. Kriteria pertama adalah
hubungannya dengan data yang dapat direproduksi dalam masyarakat keilmuan, atau
kesesuaiannya dengan pengalaman empiris. Kriteria kedua menyangkut konsistensi
dan koherensi. Kedua syarat ini mengonfirmasikan ketidakhafiran suatu
kontradiksi antara konsep-konsep yang menyusun teori. Jika ini dipenuhi, maka
teori tersebut memiliki validitas seperti yang telah diperhatikan oleh teori-teori
yang telah lahir sebelumnya. Hasil lainnya, tercapai simplitas (kebersahajaan),
suatu teori yang dicirikan oleh jumlah minimal asumsi yang dijadikan dasar
penyusunan. Kriteria ketiga berkenan dengan sifat komprehensif suatu teori,
termasuk generalitasnya, atau kemampuan untuk menunjukkan kepaduan yang
melatarbelakangi fenomena yang beragam.
Kebenaran suatu teori adalah tujuan ilmu
pengetahuan, tetapi dalam prosesnya yang dipertimbangkan adalah
derajat kesesuaiannya (adekuasi) dengan data yang diketahui dan sifat koherensi
dan komprehensifnya dibandingkan teori-teori lain yang tersedia. Semua rumusan
teori bersifat tentatif dan tidak kebal untuk direvisi, sebagaimana tujuan
utama ilmu pengetahuan adalah meningkatkan pemahaman terus menerus menuju kesempurnaan
penjelasan intelektual terhadap fenomena alam dan sosial yang secara alamiah
menurut sunatullah, tidak akan habis untuk dikaji dan dipelajari karena
kekuasaan-Nya.
8.
Sikap
Ilmiah
Berikut ini diuraikan beberapa sikap ilmiah
antara lain :
a)
Jujur ; ilmuan wajib melaporkan
hasil pengamatannya secara objektif dan jujur oleh karena tanggungjawab yang
dimilikinya melekat sebagai khalifah Tuhan di bumi, sehingga bila hasil
penelitiannya tersebut diuji kembali oleh peneliti lain memberikan hasil yang
sama.
b)
Terbuka ; seorang ilmuan mempunyai
pandangan yang luas, cakupan cakrawala ide yang dipikirkannya sangat dalam,
orientasi berfikirnya terbuka, jauh dari praduga dan menghargai pendapat orang
lain, meskipun untuk menerimanya harus melakukan pengujian terlebih dahulu.
c)
Toleran ; seorang ilmuan
tidak akan merasa dirinya yang terhebat, bersedia belajar dari orang lain atau
membandingkan pendapatnya dengan yang lain serta tidak pernah memaksakan
pendapatnya pada orang lain.
d) Skeptis ;
dalam mencari kebenaran, seorang ilmuan seyogyanya bersikap hati-hati, sedapat
mungkin mengedepankan sikap ragu terhadap sesuatu dan skeptis, akan tetapi
tetap bersikap kritis sehingga akan melakukan tahapan penyelidikan kembali.
e)
Optimistis ; seorang ilmuan tidak
akan mengatakan bahwa terdapat sesuatu yang tidak dapat dikerjakan sebelum
melakukannya.
f)
Pemberani ; sifat ilmuan yang
mencari kebenaran, maka akan berani melawan ketidakbenaran, kepura-puraan
menghambat kemajuan dan sebagainya.
g)
Kreatif dan inovatif ; mencoba
mendapatkan, menciptakan, memvariasikan sesuatu yang baru terutama guna
mendapatkan nilai tambah bagi dirinya.
h)
Bertanggungjawab ; memiliki rasa
tanggung jawab baik secara etik maupun secara moral, oleh karena itu ilmu tetap
sejalan dengan fungsinya.
BAB III
PENUTUP
1. KESIMPULAN
Ilmuu berasal dari kata ”alima(bahasa arab) yang berarti tahu, jadi ilmu
maupun science secara etimologis berarti pengetahuan.Science berasal
dari kata scio, scire (bahasa latin yang artinnya tahu). Secara terminologis
ilmu dan science punya pengertian yang sama yaitu pengetahuan. yang punya
ciri-ciri: Ralfh Ross dan ernest Van Den Haag menulis bahwa ilmu itu empirical,
rasional, yang umum dan bertimbun bersusun dan ke empatnya serentak.
Ilmu itu sendiri terbagi menjadi 2 bagian:
1. Ilmu
pengetahuan (ilmu yang ilmiah)
2. Ilmu
Non pengetahuan
Objek ilmu pengetahuan itu ada yang
berupa materi (objek materi) dan ada yang berupa bentuk (objek formal). Objek
materi adalah sasaran material suatu penyelidikan,pemikiran, atau penelitian
keilmuan bisa berupa benda-benda material maupun yang nonmaterial,bisa pula
berupa hal-hal,masalah-masalah,ide-ide dan konsep-konsep.
fungsi fungsi dari ilmu pengetahuan itu antara lain,
menjelaskan,meramalkan, dan mengendalikan. dari fungsi fungsi tersebut maka
yang disebut Ilmu pengetahuan mamiliki beberapa kriteria yang harus di penuhi
yaitu logis, objektif, metodik, sistematik, berlaku umum, dan kumulatif
berkembang.
2. SARAN
Untuk memperlancar pembuatan laporan maka disarankan untuk
mencari referensi sebanyak mungkin baik dari buku maupun dari literatur lainnya
sepert jurnal dan pencarian melalui internet.
0 komentar:
Posting Komentar