Minggu, 11 Oktober 2015

makalah ilmu pengetahuan


BAB I
PENDAHULUAN

1.   LATAR BELAKANG
Bicara pengetahuan maka kita akan bicara tentang penalaran, kemampuan penalaran manusia menyebabkan manusia mampu mengembangkan pengetahuan yang merupakan rahasia kekuasaan-kekuasaannya. Manusia satu-satunya mahluk yang mengembangkan pengetahuan secara sungguh-sungguh, Binatang hanya terbatas mempunyai pengetahuan untuk kelangsungan hidupnya saja (survival) Hakikat penalaran merupakan suatu proses berfikir dalam menarik kesimpulan yang berupa pengetahuan. Penalaran menghasilkan pengetahuan yang dikaitkan dengan kegiatan berfikir dan bukan karena perasaan, meskipun kata pascal, hatipun mempunyai logika sendiriSebagai sebuah kegiatan berfikir maka penalaran mempunyai ciri-ciri, pertama logika , adalah suatu pola berfikir yang secara luas.
 Dengan pola yang bersifat Jamak (plural) dan bukan tunggal (singular). Kedua ciri penalaran adalah bersifat analitik proses berfikir ( berfikir yang menyandarkan kepada suatu analisis dan kerangka berfikir yang digunakan untuk analisis).Ilmu pengetahuan berkembang seiring dengan perkembangan kebudayaan manusia yang berlangsung secara bertahap,evolutif. Oleh karena untuk memahami strategi pengembangan ilmu,maka kita perlu mengetahui secara global sejarah perkembangan ilmu. Karena melalui sejarah perkembangan ilmu,kita dapat memahami makna kehadiran ilmu bagi umat manusia.
Perkembangan ilmu pengetahuan semakin lama semakin maju dengan munculnya ilmu-ilmu baru yang pada akhirnya memunculkan pula sub-sub ilmu pengetahuan baru bahkan ke arah ilmu pengetahuan yang lebih khusus lagi seperti spesialisasi-spesialisasi. Oleh karena itu tepatlah apa yang dikemukakan oleh Van Peursen (1985), bahwa ilmu pengetahuan dapat dilihat sebagai suatu sistem yang jalin-menjalin dan taat asas (konsisten) dari ungkapan-ungkapan yang sifat benar-tidaknya dapat ditentukan. Implikasi yang timbul menurut Koento Wibisono (1984), adalah bahwa ilmu yang satu sangat erat hubungannya dengan cabang ilmu yang lain serta semakin kaburnya garis batas antara ilmu dasar-murni atau teoritis dengan ilmu terapan atau praktis. Untuk mengatasi gap antara ilmu yang satu dengan ilmu yang lainnya, dibutuhkan suatu bidang ilmu yang dapat menjembatani serta mewadahi perbedaan yang muncul. Oleh karena itu, maka bidang filsafatlah yang mampu mengatasi hal tersebut. Hal ini senada dengan pendapat Immanuel kant (dalam Kunto Wibisono dkk., 1997) yang menyatakan bahwa filsafat merupakan disiplin ilmu yang mampu menunjukkan batas-batas dan ruang lingkup pengetahuan manusia secara tepat. Filsafat ilmu sebagai cabang filsafat menempatkan objek sasarannya Ilmu (Pengetahuan). Bidang garapan filsafat ilmu terutama diarahkan pada komponen-komponen yang menjadi tiang penyangga bagi eksistensi ilmu yaitu ontologi, epistemologi dan aksiologi. Interaksi antara ilmu dan filsafat mengandung arti bahwa filsafat dewasa ini tidak dapat berkembang dengan baik jika terpisah dari ilmu. Ilmu tidak dapat tumbuh dengan baik tanpa kritik dari filsafat.
2.       RUMUSAN MASALAH
1.      Apa yang dimaksud dengan konsep Pengetahuan dan Ilmu ?
2.      Apa yang dimaksud dengan Ilmu Pengetahuan oleh beberapa ahli ?
3.      Apa Fungsi dari Ilmu pengetahuan ?
4.      apa kriteria kriteria dari ilmu pengetahuan ?
5.      apa yang termasuk konstruksi dari Ilmu pengetahuan ?
6.      Apa unsur-unsur pembentuk Ilmu Pengetahuan ?
7.      Bgaimana sikap yang harus dimiliki seorang Ilmuan ?


3.      METODE PENULISAN
Metode penulisan yang digunakan dalam menyusun makalah ini adalah metode deskriptif dengan teknik studi kepustakaan atau literatur yang dilakukan dengan mengumpulkan data dari buku referensi, penunjang, dan media lainnya yang beredar seputar tema yang dibahas, dan juga mengambil sumber penunjang dari internet.

4.      TUJUAN DAN MANFAAT
1.      Untuk mengetahui konsep Pengetahuan dan Ilmu
2.      Untuk mengetahui pengertian Ilmu Pengetahuan oleh beberapa ahli
3.      Untuk mengetahui Fungsi dari Ilmu pengetahuan
4.      Untuk mengetahui kriteria kriteria dari ilmu pengetahuan
5.      Untuk mengetahui konstruksi dari Ilmu pengetahuan
6.      Untuk mengetahui unsur-unsur pembentuk Ilmu Pengetahuan
7.      Untuk mengetahui sikap yang harus dimiliki seorang Ilmuan




















BAB II
PEMBAHASAN

1.      Konsep Pengetahuan dan Ilmu
Pada hakekatnya pengetahuan atau knowledge merupakan segenap apa yang kita ketahui tentang sesuatu obyek tertentu   termasuk ke dalamnya adalah ilmu, sehingga ilmu dikatakan merupakan bagian yang di ketahui oleh manusia.Pengetahuan adalah hasil dari tahu dan terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia yaitu indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba.Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga (Notoatmodjo, 2003).Pengetahuan juga merupakan khasanah kekayaan mental yang secara langsung atau tidak turut memperkaya kehidupan kita. Kriteria nagi suasana mengetahui bagi segala yang kita tangkap dalam jiwa baik mengenai benda, seperti buku, kursi, gelas, mengenai peristiwa yang menyertai benda seperti melayang, mendidih, pasang, meledak, maupun mengenai sifat dan keadaan benda seperti wangi,mahal, panas, gelap, dan sebagainya.
Kita harus berhati-hati dalam menggunakan kata “Pengetahuan” dan “ilmu”. Pengetahuan (knowledge) sudah puas dengan menangkap tanpa ragu tentang kenyataan suatu hal, sedangkan ilmu (science) menghendaki penjelasan lebih lanjut dari sekedar apa yang dituntut oleh pengetahuan.
Contoh perbedaan antara pengetahuan dan ilmu,  misalnya si Rahmat mengetahui bahwa gabus selalu terapung di air. Yang demikian adalah pengetahuan. Manakala kemudian  Rahmat mengetahui bahwa gabus selalu terapung di air karena berat jenis gabus lebih kecil dari pada berat jenis air dan ini mengakibatkan gabus itu selalu terapung, maka hal tersebut merupakan “ilmu”. contoh lain sperti seorang nelayan  tahu betul saat-saat laut pasang dan surut sehingga ia dapat mengambil manfaat dari kehidupannya, tetapi ia tidak pernah mencari tahu tentang sebab terjadinya hal tersebut, yakni day tarik bulanyang mengakibatkan air laut di sebagian belahan bumi ini pasang. Maka selama itu pula ia hanya merupakan pengetahuan baginya.
Peter Drucker, bagawan manajemen tingkat dunia, khususnya dalam buku Post Capitalist Society (1994) dan Managing in a Time of Great Change (1997) membedakan perubahan pengetahuan manusia dalam empat fase yaitu :
a)      Pertama, sampai revolusi industri, pengetahuan diterapkan kepada “ada”, being.Artinya, pengetahuan lebih bersifat “kontemplatif”, yaitu mencari kebenaran demi kebenaran itu sendiri, bukan untuk tujuan-tujuan yang didasarkan pada kemanfaatan.Pengetahuan tidak mengandung arti “kemampuan melakukan sesuatu”.Kemanfaatan atau kegunaan bukanlah pengetahuan, tetapi ketrampilan yang dalam bahasa Yunani disebut sebagai “techne”.Manusia menjadi sempurna dengan memiliki pengetahuan, yang merupakan perwujudan daari kebenaran.
b)      Kedua, baru pada saat revolusi industri, pengetahuan menjadi sumber perbuatan (doing).Pengetahuan ditujukan untuk hal yang bermanfaat, yaitu menjadi sumber penciptaan alat-alat atau teknologi sebagaimana diawali oleh James Watt (1736 – 1819).“Techne”, ketrampilan dikombinasikan dengan “logos”, yaitu pengetahuan yang terorganisasi, sistematik dan memiliki tujuan, sehingga menjadi “teknologi”. Pada fase ini, khususnya pertengahan abad ke 18, di Eropa muncul berbagai lembaga yang mengajarkan “ketrampilan”, antara lain Ecole Polytechnique.
c)      Pada fase berikutnya yang ketiga, pengetahuan tidak hanya dikaitkan dengan tindakan, tetapi dikaitkan dengan kajian tentang pekerjaan, analisis pekerjaan, dan rekayasa pekerjaan atau untuk memperbaiki pekerjaan.Ini dirintis oleh Frederick Winslow Taylor (1856 – 1915) dengan karyanya Scientific Management (1911).Dengan ini produktivitas menjadi meningkat.Dan mulai saat itu “pelatihan” menjadi penting.Frederick Winslow Taylor ini juga disebut sebagai Bapaknya ilmu Teknik Industri (Industrial Engineering).
d)     Pada fase berikutnya yang ketiga, pengetahuan tidak hanya dikaitkan dengan tindakan, tetapi dikaitkan dengan kajian tentang pekerjaan, analisis pekerjaan, dan rekayasa pekerjaan atau untuk memperbaiki pekerjaan.Ini dirintis oleh Frederick Winslow Taylor (1856 – 1915) dengan karyanya Scientific Management (1911).Dengan ini produktivitas menjadi meningkat.Dan mulai saat itu “pelatihan” menjadi penting.Frederick Winslow Taylor ini juga disebut sebagai Bapaknya ilmu Teknik Industri (Industrial Engineering).
2.      Jenis Jenis Pengetahuan
a)      Pengetahuan Non Ilmiah
Pengetahuan non ilmiah atau pseudo science diperoleh dengan mengandalkan dugaan, perasaan, keyakinan dan tanpa diikuti proses pemikiran yang cermat. Oleh karenanya, pengetahuan yang seperti ini presentasi kebenarannya rendah. Secara umum pengetahuan non ilmiah seperti :
·         mitos
Merupakan gabungan dari pengamatan, pengalaman namun sebagian lainnya berupa dugaan, imajinasi, dan kepercayaan.
·         Wahyu
Merupakan komunikasi antara sang pencipta dengan makhluknya dan merupakan substansi pengetahuan yang disampaikan kepada utusannya. Manusia dalam menerima pengetahuan ini bersifat pasif, namun dengan keyakinan semuanya benar.
·         Otoritas dan tradisi
Pengetahuan yang telah mapan dan ada sering digunakan oleh pemimpin atau secara tradisi untuk menyatakan kebenaran.
·         Prasangka
Berupa dugaan yang kemungkinannya benar atau salah. Dengan prasangka orang sering mengambil keputusan atau kesimpulan yang keliru. Cara ini hanya berguna untuk mencari kemungkinan lain mengenai konsep kebenaran.
·         Intiusi
Merupakan salah satu kegiatan berfikir tertentu yang non analitik, tidak berdasarkan pada pola berfikir tertentu yang rasional dan empiris.
·         Penemuan kebetulan
Pengetahuan yang pada awalnya ditemukan secara kebetulan dan beberapa diantaranya sangat berguna.
·         Trial and Error (coba-coba)
Merupakan serangkaian percobaan asal atau coba-coba saja yang tidak didasari oleh teori yang ada sebelumnya, sehinga tidak memungkinkan diperolehnya kepastian pemecahan suatu masalah atau hal yang diketahui.
b)      Pengetahuan Ilmiah
Pencarian pengetahuan dengan cara ilmiah dilakukan berdasarkan beberapa cara yaitu, pemikiran rasional, pengalaman empiris (fakta) maupun berdasarkan referensi pengalaman sebelumnya. Pengetahuan yang diperoleh dengan menggunakan cara atau metode ilmiah (scientific method) disebut ilmu. Artinya nanti dapat disebut ilmu apabila memenuhi kriteria yaitu rasional dan empirik

3.      Pengertian Ilmu Pengetahuan Oleh Beberapa Ahli
Pengertian ilmiah, atau ilmu pengetahuan atau ilmu menurut beberapa para ahli mempunyai pengertian sebagai berikut :
1)      Ralph Ross dan Ernest Van Den Haag dalam bukunya “The Fabric of Society” menulis bahwa science isi empirical, rasional, general, and cummulative and it is all four at once. Artinya ilmu memiliki kriteria empiris, rasional, umum, kumulatif, dan keempatnya serentak terpenuhi.
2)      Mappadjanti Amien merumuskan bahwa ilmu pengetahuan adalah sesuatu yang berawal dari pengetahuan, bersumber dari wahyu, hati dan semesta yang memiliki paradigma, objek pengamatan, metode dan media komunikasi membentuk sains baru dengan tujuan untuk memahami semesta untuk memanfaatkannya dan menemukenali diri untuk menggali potensi fitrawi guna mengenai Allah.
3)      Syahruddin Kasim menyatakan bahwa ilmu pengetahuan adalah pancaran hasil metabolisme ragawi sebagai hidayah sang pencipta yang berasal dari proses interaksi fenomena fitrawi melalui dimensi hati, akal, nafsu yang rasional, empirik dan hakiki dalam menjelaskan hasanah alam semesta demi untuk menyempurnakan tanggung jawab kekhalifaan.
4.      Fungsi Ilmu Pengetahuan
Ilmu pengetahuan scara umum dapat memiliki tiga fungsi yang paling utama, yaitu :
1.      Menjelaskan (explaining, discribing)
Fungsi menjelaskan mempunyai empat bentuk yaitu :
a.       Deduktif, yaitu suatu ilmu harus dapat menjelaskan sesuatu berdasarkan premis pangkal ilir yang telah ditetapkan sebelumnya.
b.      Probabilistik, yaitu ilmu dapat menjelaskan berdasarkan pola fikir induktif dari sejumlah kasus yang jelas, sehingga hanya dapat memberi kepastian (tidak mutlak) yang bersifat kemungkinan besar atau hampir pasti.
c.       Fungsional, berarti dapat menjelaskan letak suatu komponen dalam suatu sistem secara keseluruhan.
d.      Genetik, berarti ilmu dapat menjelaskan suatu faktor berdsarkan gejala-gejala yang sudah sering terjadi sebelumnya.
2.      Meramalkan (prediction)
Ilmu harus dapat menjelaskan faktor sebab akibat suatu peristiwa atau kejadian, misalnya apa yang terjadi jika harga BBM naik.
3.      Mengendalikan (controlling)
Ilmu harus dapat mengendalikan gejala alam berdasarkan suatu teori, misalnya bagaimana mengendalikan kurs rupiah dan harga.

5.      Kriteria Ilmu Pengetahuan
Tidak semua ilmu pengetahuan disebut ilmu, konsep akan merupakan suatu ilmu pengetahuan apabila cara mendapatkannya memenuhi syarat-syarat berikut yaitu :
a.       Logis, sesuai dengan kaidah ilmu pengetahuan yang diakui kebenarannya.
b.      Objektif, sesuai dengan objek yang dikaji dan didukung oleh fakta empiris.
c.       Metodik, pengetahuan diperoleh dengan cara-cara tertentu yang teratur, dirancang, diamati, dan terkontrol.
d.      Sistematik, berarti bahwa pengetahuan tersebut disusun dalam suatu sistem yang satu dengan lainnya saling berkaitan dan saling menjelaskan sehingga merupakan suatu kesatuan yang utuh.
e.       Universal, pengetahuan berlaku untuk siapa saja dan di mana saja dengan tata cara dan variabel eksperimentasi yang sama dan hasil yang diperoleh sama juga dan konsisten.
f.      Kumulatif, khasanah ilmu pengetahuan selalu bertambah dengan hadirnya ilmu pengetahuan baru.

6.      Tinjauan Konstruksi Ilmu Pengetahuan
Ilmu pengetahuan dapat melibatkan kemajuan dengan melibatkan kombinasi dari ketiga hal yang merupakan pergeseran pemahaman dari rasional-empirik ke rasional-eksperimental yang interpretatif, tiga hal yang dimaksud antara lain :
a.       Perumusan hipotesis atau “conjecture” secara intuitif, komprehensif, dan referensial.
b.      Eksperimentasi seperangkat peralatan dan fasilitas yang memungkinkan gejala yang akan ditinjau (dimodelkan) dapat berlangsung.
c.       Interpretasi melalui kompilasi, seleksi dan memproses data sesuai dengan keperluan metode inferensi yang digunakan dengan melibatkan konsep, hukum dan teori yang tersedia.
Konstriksi atau pembentukan konsepsi ilmu pengetahuan harus mengikuti atau memiliki metode ilmiah (scientific method) yang dijabarkan dalam tahapan sebagai berikut :
a)      Perumusan masalah
Masalah adalah topik atau objek yang diteliti dengan batasan yang jelas serta dapat diidentifikasi  faktor-faktor yang terkait.
b)      Penyusunan hipotesis
Hipotesis merupakan argumentasi tentang kemungkinan jawaban sementara terhadap masalah yang diterapkan. Disusun berdasarkan pengetahuan atau teori yang ada dan harus diuji kebenarannya dengan observasi atau ekperimentasi.

c)      Pengujian hipotesis
Merupakan usaha pengumpulan fakta yang relevan dengan hipotesis dan kemudian diuji apakah fakta tersebut dapat mendukung hipotesis yang diajukan.
d)     Penarikan kesimpulan
Kesimpulan diambil berdasarkan hasil analisis data untuk melihat apakah hipotesis yang diajukan diterima atau tidak. Hipotesis tang diterima merupakan pengetahuan yang kebenarannya teruji secara ilmiah dan merupakan bagian dari ilmu pengetahuan.

7.      Unsur Unsur Pembentuk Ilmu Pengetahuan
Keberadaan ilmu pengetahuan terbentuk dari hukum secara khusus dan teori yang lebih umum, baik dalam rumusan hukum maupun teori dan melibatkan unsur konsep yang merupakan konstruksi mental dalam menginterpretasi hasil observasi. Konsep merupakan simbol-simbol yang membantu untuk mengorganissikan pengalaman. Hukum adalah korelasi antara dua konsep atau lebih yang dekat kaitannya dengan hal yang teroservasi. Hukum mencerminkan urusan sistematik suatu pengalaman dan berfungsi untuk memberikan pengalaman baru menurut pola yang beraturan dan dapat dinyatakan dalam bentuk grafik, persamaan atau ekspresi verbal tentang interrelasi antara konsep yang satu dengan konsep yang lainnya. Sedangkan teori adalah kerangka konsepsi yang terorganisasi menjadi suatu generalisasi yang dapat dijabarkan menjadi hukum-hukum. Dibandingkan dengan hukum, teori memiliki generalisasi yang jauh lebih luas dan komprehensif.
Konsep-konsep yang digunakan dalam teori adalah konstruksi mental yang disusun dari hasil penangkapan (encoding) pertanda alam dan fenomena sosial melalui metode survei atau eksperimen. Konsep-konsep ini mempunyai ciri-ciri yang berbeda dari bahan mentahnya (data) oleh karena objek pengamatan dapat bersifat organik dan omni-objektif, dan sudah siap untuk masuk ke fase penjelasan tentang fenomena yang sedang ditinjau. Penjelasan tersebut bukan sekedar daftar konsep yang berhasil dirumuskan tetapi merupakan kaitan langsung antara dua atau lebih konsep yang memiliki tingkat keterkaitan. Kualitas teori yang dirumuskan oleh seseorang, kemudian diuji dan dievaluasi wilayah keberlakuannya dan kemampuan peramalannya.
Kriteria yang digunakan untuk mengevaluasi teori diantaranya adalah kesesuainnya dengan observasi, konsistensi internal hubungan konsep-konsepnya, dan sifat komprehensif cakupannya. Kriteria pertama adalah hubungannya dengan data yang dapat direproduksi dalam masyarakat keilmuan, atau kesesuaiannya dengan pengalaman empiris. Kriteria kedua menyangkut konsistensi dan koherensi. Kedua syarat ini mengonfirmasikan ketidakhafiran suatu kontradiksi antara konsep-konsep yang menyusun teori. Jika ini dipenuhi, maka teori tersebut memiliki validitas seperti yang telah diperhatikan oleh teori-teori yang telah lahir sebelumnya. Hasil lainnya, tercapai simplitas (kebersahajaan), suatu teori yang dicirikan oleh jumlah minimal asumsi yang dijadikan dasar penyusunan. Kriteria ketiga berkenan dengan sifat komprehensif suatu teori, termasuk generalitasnya, atau kemampuan untuk menunjukkan kepaduan yang melatarbelakangi fenomena yang beragam.
Kebenaran suatu teori adalah tujuan ilmu pengetahuan, tetapi dalam prosesnya yang dipertimbangkan  adalah derajat kesesuaiannya (adekuasi) dengan data yang diketahui dan sifat koherensi dan komprehensifnya dibandingkan teori-teori lain yang tersedia. Semua rumusan teori bersifat tentatif dan tidak kebal untuk direvisi, sebagaimana tujuan utama ilmu pengetahuan adalah meningkatkan pemahaman terus menerus menuju kesempurnaan penjelasan intelektual terhadap fenomena alam dan sosial yang secara alamiah menurut sunatullah, tidak akan habis untuk dikaji dan dipelajari karena kekuasaan-Nya.
8.      Sikap Ilmiah
 Berikut ini diuraikan beberapa sikap ilmiah antara lain :
a)        Jujur ; ilmuan wajib melaporkan hasil pengamatannya secara objektif dan jujur oleh karena tanggungjawab yang dimilikinya melekat sebagai khalifah Tuhan di bumi, sehingga bila hasil penelitiannya tersebut diuji kembali oleh peneliti lain memberikan hasil yang sama.
b)        Terbuka ; seorang ilmuan mempunyai pandangan yang luas, cakupan cakrawala ide yang dipikirkannya sangat dalam, orientasi berfikirnya terbuka, jauh dari praduga dan menghargai pendapat orang lain, meskipun untuk menerimanya harus melakukan pengujian terlebih dahulu.
c)        Toleran ;  seorang ilmuan tidak akan merasa dirinya yang terhebat, bersedia belajar dari orang lain atau membandingkan pendapatnya dengan yang lain serta tidak pernah memaksakan pendapatnya pada orang lain.
d)       Skeptis ; dalam mencari kebenaran, seorang ilmuan seyogyanya bersikap hati-hati, sedapat mungkin mengedepankan sikap ragu terhadap sesuatu dan skeptis, akan tetapi tetap bersikap kritis sehingga akan melakukan tahapan penyelidikan kembali.
e)        Optimistis ; seorang ilmuan tidak akan mengatakan bahwa terdapat sesuatu yang tidak dapat dikerjakan sebelum melakukannya.
f)         Pemberani ; sifat ilmuan yang mencari kebenaran, maka akan berani melawan ketidakbenaran, kepura-puraan menghambat kemajuan dan sebagainya.
g)        Kreatif dan inovatif ; mencoba mendapatkan, menciptakan, memvariasikan sesuatu yang baru terutama guna mendapatkan nilai tambah bagi dirinya.
h)        Bertanggungjawab ; memiliki rasa tanggung jawab baik secara etik maupun secara moral, oleh karena itu ilmu tetap sejalan dengan fungsinya.

























BAB III
PENUTUP

1.      KESIMPULAN
Ilmuu berasal dari kata ”alima(bahasa arab) yang berarti tahu, jadi ilmu maupun science secara etimologis berarti pengetahuan.Science berasal dari kata scio, scire (bahasa latin yang artinnya tahu). Secara terminologis ilmu dan science punya pengertian yang sama yaitu pengetahuan. yang punya ciri-ciri: Ralfh Ross dan ernest Van Den Haag menulis bahwa ilmu itu empirical, rasional, yang umum dan bertimbun bersusun dan ke empatnya serentak.
Ilmu itu sendiri terbagi menjadi 2 bagian:
1.      Ilmu pengetahuan (ilmu yang ilmiah)
2.      Ilmu Non pengetahuan
Objek ilmu pengetahuan itu ada yang berupa materi (objek materi) dan ada yang berupa bentuk (objek formal). Objek materi adalah sasaran material suatu penyelidikan,pemikiran, atau penelitian keilmuan bisa berupa benda-benda material maupun yang nonmaterial,bisa pula berupa hal-hal,masalah-masalah,ide-ide dan konsep-konsep.
fungsi fungsi dari ilmu pengetahuan itu antara lain, menjelaskan,meramalkan, dan mengendalikan. dari fungsi fungsi tersebut maka yang disebut Ilmu pengetahuan mamiliki beberapa kriteria yang harus di penuhi yaitu logis, objektif, metodik, sistematik, berlaku umum, dan kumulatif berkembang.

2.      SARAN
Untuk memperlancar pembuatan laporan maka disarankan untuk mencari referensi sebanyak mungkin baik dari buku maupun dari literatur lainnya sepert jurnal dan pencarian melalui internet.



luvne.com ayeey.com cicicookies.com mbepp.com kumpulanrumusnya.com.com tipscantiknya.com

0 komentar: